Sabtu, 21 April 2012

Temuan Hebat Atasi Global Warming

Oleh: Mia Abdurahman
[UNIKNYA.COM]: Saat ini, masyarakat dunia dihadapkan pada masalah penting yaitu peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi atau global warming. Dibanding periode 1940 hingga 1980, suhu rata-rata permukaan bumi pada 1980 hingga 2004 meningkat tajam. Seperti ditulis Wikipedia, suhu rata-rata global permukaan bumi telah meningkat 0,74 plus minus 0,18 derajat celcius.
Intergovernmental Planel On Climate Change (IPCC) menyimpulkan, sebagian besar peningkatan suhu sejak pertengahan abad 20, kemungkinan besar disebabkan konsetrasi efek rumah kaca akibat akitifitas manusia.

Pemanasan global yang terjadi telah dirasakan di hampir semua  negara di dunia, termasuk Indonesia. Sejumlah perairan laut di Indonesia misalnya, telah mengalami air pasang yang tak biasa. Belum lagi bencana kekeringan, banjir, serta cuaca ekstrem yang mengakibatkan perubahan iklim sehingga pola tanam pertanian menjadi terganggu.
Dampak lain dari global warming adalah berkurangnya gletser atau mencairnya es di kutub utara-selatan serta punahnya berbagai jenis hewan. Jika dibiarkan, kondisi ini tentunya akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Masalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi ini telah dibawa ke dalam forum pertemuan pemimpin negara-negara dunia. Aktifis lingkungan dan  para ahli pun sibuk mencari solusi untuk mengatasi global warming. Berikut penemuan-penemuan penting yang bisa menjadi solusi mengatasi masalah global warming.
1.   Rumah Di Atas Air
Akibat pemanasan global yang terjadi, Intergovernmental Planel On Climate Change (IPCC) menyatakan, pada tahun 2100 permukaan air laut akan naik hingga 59 centimeter. Kemudian dalam sebuah penelitian menegaskan jika es di sekitar greenland dan antartika juga telah mencair dengan cepat.
Untuk mengatasi ancaman dari masalah tersebut, perusahaan properti di Belanda, Dura Vermer, telah membangun 50 rumah apung yang dapat naik hingga 5,5 meter. Dasar beton berlubang di bawahnya, menjaga rumah tersebut agar tetap mengapung di atas air. Rumah tersebut didesain agar penghuninya tetap bisa melakukan aktivitas normal, meski terjadi banjir.
Perusahaan arsitek Alexander Henny ini, juga telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan di negara Eropa lainnya, untuk membangun rumah serupa. Menurut Alexander Henny, rumah apung didesain bagi individu yang hidup di kanal-kanal, seperti di sebagian wilayah kota Amsterdam.
2.   Glester Buatan
Landakh adalah sebuah wilayah di India Utara, di bawah kaki gunung Himalaya yang dingin. Suhu pada saat musim dingin mencapai minus 30 derajat celcius. Curah hujan rata-rata di tempat ini hanya 50 milimeter saja sehingga kelangkaan air menjadi masalah bagi daerah yang disebut atap dunia ini.
Satu-satunya sumber air bagi masyarakat di daerah ini adalah glester di pegunungan. Glester yang mencair pada musim panas menjadi barang yang berharga. Namun masyarakat di landakh saat ini ibarat mendapat musibah besar. Akibat pemanasan global yang terjadi, volume glester di gunung tersebut menjadi berkurang.
Adalah seorang insiyur sipil dari Lucknow, Chewang Norphel yang memiliki ide gemilang untuk masyarakat Landakh. Pernah bertugas di tempat tersebut pada tahun 1960-an, Chewang membuat jalan, jembatan, serta jalan irigasi. Selama bertugas ia menyadari pentingnya air untuk warga Landakh. Ia pun kemudian berfikir untuk membuat glester buatan.
Glester-glester buatan ini menyediakan air bersih untuk musim panas. Glester diciptakan dengan mengumpulkan air ke kolam dangkal yang kemudian dibendung oleh bebatuan. Air di kolam dibekukan dengan menurunkan suhu menjadi bentuk lembaran es. Ketika musim panas datang, air ini mencair dan digunakan untuk menanam tanaman. Glester terbesar buatannya setebal satu meter dengan lebar 45 kilometer.
3.   Menara Dinamis
Adalah David Fisher, seorang arsitek yang menjadi terkenal berkat temuannya membuat dynamic tower atau menara dinamis. Berkat karyanya tersebut, David Fisher dihormati oleh arsitek di seluruh dunia. Menara dinamis  karya David Fisher dibangun di Dubai, di mana setiap lantainya berputar secara independen.
Menara revolusioner ini juga sangat ramah lingkungan. Arsitek asal italia ini melengkapi dynamic tower dengan turbin di setiap laintainya. Turbin tersebut menghasilkan sejumlah energi besar berupa daya listrik. Setelah merancang menara dinamis di dubai, David Fisher juga akan membuat karya yang sama untuk London, New York, dan Moskow. Pada tahun 2008, majalah Time memberikan penghargaan sebagai penemuan terbaik sepanjang tahun.
4.   Ac Tenaga Matahari
Doktor Mike Dennis, seorang peneliti senior di pusat energi berkelanjutan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Australia, mengembangkan sistem pendingin udara ramah lingkungan yang bersumber energi matahari. Teknlogi ini tidak hanya meringankan beban transmisi listrik tapi juga emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan AC biasa.
Desain kondisioner udara tenaga surya karya dennis ini diharapkan bisa menggantikan AC listrik konvensional. Teknologi ini dikenal sebagai pendingin ejektor yang beroperasi menggunakan kompresi udara, memperluasnya keluar hingga sebuah jet mengisap zat pendingin. Setelah itu, udara di luar diusir sehingga temperatur lebih dingin.
Air conditioning karya Dennis Ini terus diproduksi dan diharapkan bisa tersedia secara komersial. Menurut Dennis, dengan tidak ada bahan kimia berbahaya, maka biaya produksi AC ini akan semakin rendah.
5.   Pertanian Bertingkat
Pertanian bertingkat atau vertikal adalah sebuah konsep pertanian yang bisa dilakukan di gedung tinggi, atau pada permukaan vertikal. Ahli ekologi Amerika, Doktor Dickson Despommier berpendapat bahwa pertanian vertikal adalah sah karena alasan lingkungan.
Dia mengklaim bahwa budidaya tanaman dan kehidupan hewan di dalam gedung pencakar langit, akan memerlukan lebih sedikit energi dan toksisitas dibanding tanaman dan kehidupan hewan yang ada di alam bebas.
Dia juga berpendapat, kegiatan pertanian bisa dilakukan di mana saja. Bahkan, jika dilakukan di gedung bertingkat bisa menguntungkan untuk konsumsi energi. Hal itu juga penting untuk menjaga lingkungan serta kehidupan mereka yang ada di dalam gedung bertingkat atau pencakar langit. Intinya, penghijauan perlu dilakukan tanpa ada pengecualian. Tidak hanya pada lahan datar, tapi juga gedung bertingkat. (**)
Sumber: Dari berbagai sumber, uniknya.com, Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar